Sejarah
Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong yang Agung.
Selanjutnya, pada tahun 1446, Hangeul ditampilkan dalam bentuk
terpublikasi beserta pedoman penjelasan rinci. Sejong menamakan alfabet
tersebut Hunminjeongeum
("Suara yang tepat untuk diajarkan kepada rakyat"). alfabet ini
sekarang dinamakan Hangeul yang bermakna "alfabet Han" atau "alfabet
Agung". Setiap tanggal 9 Oktober di Korea Selatan diperingati sebagai Hari Hangeul.
Dari 6000 buah bahasa yang dituturkan di duni saat ini, hanya 100 bahasa yang memiliki aksara mereka sendiri, salah satunya adalah Bahasa Korea
yang menggunakan sistem penulisan Hangeul. Hangeul adalah satu-satunya
aksara yang diciptakan oleh seorang individu berdasarkan teori dan
maksud yang telah direncanakan dengan baik.
Dibanding aksara bangsa lain, Hangeul tidak didasarkan pada suatu bahasa tulis atau meniru aksara lain, namun unik khas Korea. Lebih lagi, Hangeul merupakan sistem penulisan yang bersifat ilmiah,
didasarkan pada pengetahuan kebahasaan yang mendalam dan asas-asas
filosofis sehingga membuatnya praktis, mudah dipelajari, dan elok
rupanya.
Asas-asas Hangeul
Dalam sebagian besar sejarahnya, rakyat Korea menulis dengan aksara Tionghoa (Hanja).
Karena bahasa tutur kedua bangsa ini berasal dari keluarga yang
berbeda, bahasa Korea tidak bisa secara tepat diungkapkan dalam aksara
Tionghoa. Dalam bahasa Tionghoa, kalimat ditandai dengan partikel,
sementara dalam bahasa Korea, akhiran digunakan untuk menambah atau
memodifikasi makna. Walau tidak nyaman, kaum bangsawan Korea (yangban) tetap mendukung penggunaan hanja secara teguh.
Raja Sejong adalah seorang pemimpin sekaligus ilmuwan, dan pelopor budaya.
Melalui upaya keras bertahun-tahun, ia meneliti unit dasar Bahasa Korea
menggunakan kemampuannya sendiri tentang kebahasaan dan akhirnya
berhasil menuangkannya dalam bentuk aksara, Hunminjeongeum.
Tulisan di Sejong Sillok, volume Joseon Wangjo Sillok
(Babad Joseon) tanggal 30 Desember tahun ke-25 masa Sejong bertahta,
berbunyi: "Bulan ini, Raja telah menciptakan 28 aksara Onmun (aksara
tutur) secara pribadi...Walau sederhana dan ringkas, aksara ini mampu
menghasilkan variasi-variasi tak terhingga dan dinamakan Hunmin
Jeongeum".
Berdasarkan
"Penjelasan dan Contoh-contoh Hunmin Jeongeum" (1446): lambang konsonan
dasar terbentuk secara sistematis berdasarkan organ mulut manusia saat mengucapkan beberapa jenis suara, sementara konsonan lain dibentuk dengan menambahkan guratan ke 5 bentuk dasar.
|
ae yae e ye wa wae oe wo we wi eui
Tidak ada komentar:
Posting Komentar